(keajaiban sedekah diambil dari milis Tahajud )
Kisah ini
diceritakan langsung oleh ustad yusuf mansur pengasuh pondok wisata hati
ketika menghadiri suatu forum pengajian. Menurut ustad yusuf mansyur
banyak orang yang mau berubah, tapi memilih jalan mundur.
Satu
hari ustad yusuf mansur jalan melintas di satu daerah. Ia tertidur di
dalam mobil. Tiba-tiba saja ustad terbangun karena ingin buang air
kecil. Dilihatnya didepan ada sebuah pom bensin. Kemudian sang ustad
berpesan kepada sopirnya: "Nanti di depan ke kiri
ya".............."Masih banyak, Pak Ustadz", jawab sopir karena mengira
mau isi bensin.
Ustad yusuf mansur paham bahwa sopirnya mengira pengin beli bensin. Padahal bukan. Sang ustad pengin buang air kecil.
Begitu
berhenti dan keluar dari mobil, tiba-tiba saja ada seorang sekuriti
mendatangi sang ustad dan menyapa, "PakUstadz!" . Dari jauh ia melambai
dan mendekati ustad yusuf mansur. Sang ustad menghentikan langkah dan
menunggu satpam tersebut
.
"Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja…". Begitu sapa satpam ini.
Ustad yusuf mansur hanya tersenyum. ”Ga ke-geeran, insya Allah, he he he” begitu gumamnya.
"Saya ke toilet dulu ya", kata sang ustad karena sudah tidak tahan lagi.
"Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?"tanya satpam.
"Saya buru-buru loh. Tentang apaan sih?", ustad yusuf mansyur menimpali.
"Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz", sambung si satpam
Sejurus
kemudian sang ustad sadar, ” Ini Allah pasti yang "berhentiin" saya.
Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu
pom bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu
bicara dengan dia. Sekuriti ini barangkali "target operasi" dakwah hari
ini. Bukan jadwal setelah ini. Begitu pikir saya.
Saya katakan pada sekuriti yang mulia ini, "Ok, ntar habis dari toilet ya".
Selesai dari toilet Ustad Yusuf Mansur menghampiri pak satpam yang sudah menunggu bebrapa saat.
"Jadi, pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?", tanya Sang Ustad membuka percakapan.
Kemudian
sang ustad dan satpam tersebut mencari warung kopi, untuk bicara-bicara
dengan beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada
minimart nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopiringan."Gaji mah ada
Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?"
"Gini-gini aja itu, kalo ibadahnya gitu-gitu aja, ya emang udah begitu. Distel kayak apa juga, agak susah buat ngerubahnya" .
"Wah, ustadz langsung nembak aja nih".
Merasa
agak nggak enak kepada sekuriti ini, sang ustad meminta maaf umpama ada
perkataannya yang salah. Kemudian ustad melanjutkan,”Tapi umumnya
begitu lah manusia. Rizki mah mau banyak, tapi sama Allah ga mau
mendekat. Rizki mah mau nambah, tapi ibadah dari dulu ya begitu-begitu
saja........."Udah shalat ashar?"
"Barusan Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya ga? Ya saya pikir sama saja", jawab satpam
"Oh, jadi ga apa-apa telat ya? Karena situ pikir kerja situ adalah juga ibadah?" lanjut sang ustad.
Sekuriti
itu senyum aja. Disebut jujur mengatakan itu, bisa ya bisa tidak.
Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap kerjaannya ibadah,
tapi bisa juga ga. Cuma sebatas omongan doang. Lagian, kalo nganggap
kerjaan kita ibadah, apa yang kita lakukan di dunia ini juga ibadah,
kalau kita niatkan sebagai ibadah. Tapi, itu ada syaratnya. Apa
syaratnya? Yakni kalau ibadah wajibnya, tetap nomor satu. Kalau ibadah
wajibnya nomor tujuh belas, ya disebut bohong dah tuh kerjaan adalah
ibadah.
Misalnya lagi, kita niatkan usaha kita sebagai ibadah,
boleh ga? Bagus malah. Bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita menerima
tamu, sementara adzan mulai terdengar. Artinya kita menerima tamu pas
waktu shalat datang, dan kemudian kita abaikan shalat, kita abaikan
Allah, maka yang demikian masihkah pantas disebut usaha kita adalah
ibadah? Apalagi kalau kemudian hasil kerjaan dan hasil usaha, buat Allah
nya lebih sedikit ketimbang buat kebutuhan-kebutuhan kita. Kayaknya
perlu dipikirin lagi tuh sebutan-sebutan ibadah
"Disebut barusan itu maksudnya jam setengah limaan ya? Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini", sang ustad mengejar.
"Ya, kurang lebih dah" kelit si satpam.
Kemudian
Sang ustad melanjutkan, ”Saya mengingat diri saya dulu yang dikoreksi
oleh seorang faqih, seorang 'alim, bahwa shalat itu kudu tepat waktu. Di
awal waktu. Tiada disebut perhatian sama Yang Memberi Rizki bila
shalatnya tidak tepat waktu. Aqimish shalaata lidzikrii, dirikanlah
shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan
shalat. Entar-entaran. Itu kan jadi sama saja dengan mengentar-entarkan
mengingat Allah. Maka lalu saya ingatkan sekuriti yang entahlah saya
merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan
mempertemukan dia dengan saya”.
"Gini ya Kang. Kalo situ
shalatnya jam setengah lima, memang untuk mengejar ketertinggalan dunia
saja, jauh tuh. Butuh perjalanan satu setengah jam andai ashar ini kayak
sekarang, jam tiga kurang dikit. Bila dalam sehari semalam kita shalat
telat terus, dan kemudian dikalikan sejak akil baligh, sejak diwajibkan
shalat, kita telat terus, maka berapa jarak ketertinggalan kita tuh? 5x
satu setengah jam, lalu dikali sekian hari dalam sebulan, dan sekian
bulan dalam setahun, dan dikali lagi sekian tahun kita telat. Itu baru
telat saja, belum kalo ketinggalan atau kelupaan, atau yang lebih
bahayanya lagi kalau bener-benar lewat tuh shalat? Wuah, makin jauh saja
mestinya kita dari senang".
Sang ustad melanjutkan perkataannya
,”Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, percakapan ini kurang lebih
begitu. Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya omongin. Dari
raut mukanya, nampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga
saudara-saudara ya? He he he. Belagu ya saya? Masa omongan cetek begini
kudu nanya paham apa engga sama lawan bicara?”.
”Saya katakan
pada dia. Jika dia alumni SMU, yang selama ini telat shalatnya, maka
kawan-kawan selitingnya mah udah di mana, dia masih seperti diam di
tempat. Bila seseorang membuka usaha, lalu ada lagi yang buka usaha,
sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya,
bisa jadi sebab ibadah yang satu itu bagus sedang yang lain tidak.”
”Dan
saya mengingatkan kepada peserta KuliahOnline untuk tidak menggunakan
mata telanjang untuk mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan
cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang
satu yang rajin shalat dan banyak kebaikannya, lalu hidupnya susah.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanya an seperti ini cukup kompleks. Tapi
bisa diurai satu satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa
kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya
pembahasan yang demikian” lanjut sang ustad.
Kembali kepada si sekuriti tadi, sang ustad tanya, "Terus, mau berubah?"
"Mau Pak Ustadz. Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalo ga serius?" jawab si satpam dengan mantap.
"Ya udah, deketin Allah dah. Ngebut ke Allah nya" ustad menyela
"Ngebut gimana?" tanya satpam
Lalu ustad yusuf mansur menjelaskan:
"Satu,
benahin shalatnya. Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya.
Pantangan telat. Buru tuh rizki dengan kita yang datang menjemput Allah.
Jangan sampe keduluan Allah".
Si sekuriti mengaku mengerti, bahwa
maksudnya, sebelum azan udah standby di atas sajadah. Kita ini pengen
rizkinya Allah, tapi ga kenal sama Yang Bagi-bagiin rizki. Contohnya ya
pekerja-pekerja di tanah air ini.. Kan aneh. Dia pada kerja supaya dapat
gaji. Dan gaji itu rizki. Tapi giliran Allah memanggil, sedang Allah
lah Tuhan yang sejatinya menjadikan seseorang bekerja, malah kelakuannya
seperti ga menghargai Allah. Nemuin klien, rapih, wangi, dan
persiapannya masya Allah. Eh, giliran ketemu Allah, amit-amit
pakaiannya, ga ada persiapan, dan tidak segan-segan menunjukkan wajah
dan fisik lelahnya. Ini namanya ga kenal sama Allah.
"Yang kedua," saya teruskan. "Yang kedua, keluarin sedekahnya".
Sekuriti
itu tertawa. "Pak Ustadz, pegimana mau sedekah, hari gini aja nih, udah
pada habis belanjaan. Hutang di warung juga terpaksa dibuka lagi,.
Alias udah mulai ngambil dulu bayar belakangan".
"Ah, ente nya aja kali yang kebanyakan beban. Emang gajinya berapa?"tanya ustad
"Satu koma tujuh, Pak ustadz", jawab satpam.
"Wuah,
itu mah gede banget. Maaf ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang sering
sebut orang kecil, itu udah gede", komentar sang ustad.
"Yah, pan
kudu bayar motor, bayar kontrakan, bayar susu anak, bayar ini bayar itu.
Emang ga cukup Pak ustadz" balik satpam seakan tidak mau kalah.
Ustad yusuf mansur bertanya lagi:
"Itu kerja bisa gede, emang udah lama kerjanya?"
"Kerjanya
sih udah tujuh tahun. Tapi gede gaji bukan karena udah lama kerjanya.
Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, ustadz", terang satpam
"Koq bisa?" sang ustad penasaran.
"Ya, sebab saya tinggal di mess. Jadi dihitung sama bos pegimana gitu sampe ketemu angka 1,7jt" kata satpam.
"Terus, kenapa masih kurang?" lanjut sang ustad.
"Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak" satpam itu menjawab.
"Secara
dunianya, lepas aja itu tanggungan. Kayak motor. Ngapain juga ente
kredit motor? Kan ga perlu?" ustad yusuf mansur mencoba meyakinkan si
satpam.
"Pengen kayak orang-orang Pak Ustadz" jawab satpam.
"Ya
susah kalo begitu mah. Pengen kayak orang-orang, motornya. Bukan ilmu
dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot" ustad mencoba
menyanggah pendapat si satpam.
Sekuriti ini nyengir. Emang
ini motor kalo dilepas, dia punya 900 ribu. Rupanya angsuran motornya
itu 900 ribu. Ga jelas tuh darimana dia nutupin kebutuhan dia yang lain.
Kontrakan saja sudah 450 ribu sama air dan listrik. Kalo ngelihat
keuangan model begini, ya nombok dah jadinya.
"Ya udah, udah keterlanjuran ya? Ok. Shalatnya gimana? Mau diubah?" tanya ustad
"Mau Ustadz. Saya benahin dah" jawab satpam
"Bareng
sama istri ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sendal, lakukan
berdua. Makin cakep kalo anak-anak juga dikerahin.. Ikutan semuanya
ngebenahin shalat" kata ustad.
"Siap ustadz".
"Tapi sedekahnya tetap kudu loh".
"Yah Ustadz. Kan saya udah bilang, ga ada".
"Sedekahin aja motornya. Kalo engga apa keq".
"Jangan Ustadz. Saya sayang-sayang ini motor. Susah lagi belinya. Tabungan juga ga ada. Emas juga ga punya".
Sekuriti
ini berpikir, sang ustad kehabisan akal untuk nembak dia. Tapi ustad
akan cari terus. Sebab tanggung. Kalo dia hanya betulin shalatnya saja,
tapi sedekahnya tetap ga keluar, lama keajaiban itu akan muncul.
Setidaknya menurut ilmu yang saya dapat. Kecuali Allah berkehendak lain.
Ya lain soal itu mah.
Sebentar kemudian ustad yusuf mansur bilang
sama ini sekuriti, "Kang, kalo saya unjukin bahwa situ bisa sedekah,
yang besar lagi sedekahnya, situ mau percaya?". Si sekuriti mengangguk.
"Ok, kalo sudah saya tunjukkan, mau ngejalanin?" . Sekuriti ini ngangguk
lagi. "Selama saya bisa, saya akan jalanin," katanya, manteb.
"Gajian bulan depan masih ada ga?"
"Masih. Kan belum bisa diambil?"
"Bisa. Dicoba dulu".
"Entar bulan depan saya hidup pegimana?"
"Yakin ga sama Allah?"
"Yakin".
"Ya kalo yakin, titik. Jangan koma. Jangan pake kalau".
Sekuriti
ini oleh ustad dibimbing untuk kasbon. Untuk sedekah. Sedapetnya. Tapi
usahakan semua. Supaya bisa signifikan besaran sedekahnya. Sehingga
perubahannya berasa. Dia janji akan ngebenahin mati-matian shalatnya.
Termasuk dia akan polin shalat taubatnya, shalat hajatnya, shalat dhuha
dan tahajjudnya. Dia juga janji akan rajinin di waktu senggang untuk
baca al Qur'an. Perasaan udah lama banget dia emang ga lari kepada
Allah. Shalat Jum'at aja nunggu komat, sebab dia sekuriti. Wah, susah
dah. Dan itu dia aminin. Itulah barangkali yang sudah membuat Allah
mengunci mati dirinya hanya menjadi sekuriti sekian tahun, padahal dia
Sarjana Akuntansi!
Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi.
Pantesan juga dia ga betah dengan posisinya sebagai sekuriti. Ga kena di
hati. Ga sesuai sama rencana. Tapi ya begitu dah hidup.. Apa boleh
buta, eh, apa boleh buat. Yang penting kerja dan ada gajinya.
Bagi
ustad sendiri, ga mengapa punya banyak keinginan. Asal keinginan itu
keinginan yang diperbolehkan, masih dalam batas-batas wajar. Dan ga
apa-apa juga memimpikan sesuatu yang belom kesampaian sama kita. Asal
apa? Asal kita barengin dengan peningkatan ibadah kita. Kayak sekarang
ini, biarin aja harga barang pada naik. Ga usah kuatir. Ancem aja diri,
agar mau menambah ibadah-ibadahnya. Jangan malah berleha-leha. Akhirnya
hidup kemakan dengan tingginya harga,. Ga kebagian.
Sekuriti ini
kemudian maju ke atasannya, mau kasbon. Ketika ditanya buat apa? Dia
nyengir ga jawab. Tapi ketika ditanya berapa? Dia jawab, Pol. Satu koma
tujuh. Semuanya.
"Mana bisa?" kata komandannya.
"Ya Pak, saya kan ga pernah kasbon. Ga pernah berani. Baru ini saya berani".
Komandannya terus mengejar, buat apa? Akhirnya mau ga mau sekuriti ini jawab dengan menceritakan pertemuannya dengan saya.
Singkat
cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk ketemu langsung sama
ownernya ini pom bensin.. Katanya, kalau pake jalur formal, dapet
kasbonan 30% aja belum tentu lolos cepet. Alhamdulillah, bos besarnya
menyetujui. Sebab komandannya ini ikutan merayu, "Buat sedekah katanya
Pak", begitu kata komandannya.
Subhaanallaah, satu pom bensin itu
menyaksikan perubahan ini. Sebab cerita si sekuriti ini sama
komandannya, yang merupakan kisah pertemuannya dengan saya, menjadi
kisah yang dinanti the end story nya. Termasuk dinanti oleh bos nya.
"Kita
coba lihat, berubah ga tuh si sekuriti nasibnya", begitu lah pemikiran
kawan-kawannya yang tahu bahwa si sekuriti ini ingin berubah bersama
Allah melalui jalan shalat dan sedekah.
Hari demi hari,
sekuriti ini dilihat sama kawan-kawannya rajin betul shalatnya. Tepat
waktu terus. Dan lumayan istiqamah ibadah-ibadah sunnahnya. Bos nya yang
mengetahui hal ini, senang. Sebab tempat kerjanya jadi barokah dengan
adanya orang yang mendadak jadi saleh begini. Apalagi kenyataannya si
sekuriti ga mengurangi kedisiplinan kerjaannya.. Malah tambah cerah muka
nya.
Sekuriti ini mengaku dia cerah, sebab dia menunggu
janjinya Allah. Dan dia tahu janji Allah pastilah datang. Begitu
katanya, menantang ledekan kawan-kawannya yang pada mau ikutan rajin
shalat dan sedekah, asal dengan catatan dia berhasil dulu.
Saya
ketawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya
demen ama yang begini. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal
diam. Dan barangkali akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si
sekuriti. Supaya benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang
belum punya iman. Dan saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah
pasti tidak akan mempermalukannya juga, sebagaimana Allah tidak akan
mempermalukan si sekuriti.
Suatu hari bos nya pernah berkata,
"Kita lihatin nih dia. Kalo dia ga kasbon saja, berarti dia berhasil.
Tapi kalo dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa
sedekah 1 bulan gaji di depan yang diambil di muka, kalau kemudian kas
bon. Percuma".
Tapi subhaanallah, sampe akhir bulan berikutnya, si sekuriti ini ga kasbon.
Berhasil kah?
Tunggu
dulu. Kawan-kawannya ini ga melihat motor besarnya lagi. Jadi, tidak
kasbonnya dia ini, sebab kata mereka barangkali aman sebab jual motor.
Bukan dari keajaiban mendekati Allah.
Saatnya ngumpul dengan si bos, ditanyalah si sekuriti ini sesuatu urusan yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya.
"Bener nih, ga kasbon? Udah akhir bulan loh. Yang lain bakalan gajian. Sedang situ kan udah diambil bulan kemaren".
Sekuriti
ini bilang tadinya sih dia udah siap-siap emang mau kasbon kalo ampe
pertengahan bulan ini ga ada tanda-tanda. Tapi kemudian cerita si
sekuriti ini benar-benar bikin bengong orang pada.
Sebab apa?
Sebab kata si sekuriti, pasca dia benahin shalatnya, dan dia sedekah
besar yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya, yakni hidupnya di
bulan depan yang dia pertaruhkan, trjadi keajaiban. Di kampung, ada
transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya ga trlibat
secara fisik. Sekedar memediasi saja lewat sms ke pembeli dan penjual.
Katanya, dari transaksi ini, Allah persis mengganti 10x lipat. Bahkan
lebih. Dia sedekah 1,7jt gajinya. Tapi Allah mengaruniainya komisi
penjualan tanah di kampungnya sebesar 17,5jt. Dan itu trjadi begitu
cepat. Sampe-sampe bulan kemaren juga belum selesai. Masih tanggalan
bulan kemaren, belum berganti bulan.
Kata si sekuriti, sadar
kekuatannya ampe kayak gitu, akhirnya dia malu sama Allah. Motornya yang
selama ini dia sayang-sayang, dia jual! Uangnya melek-melek buat
sedekah. Tuh motor dia pake buat ngeberangkatin satu-satunya ibunya yang
masih hidup. Subhaanallaah kan? Itu jual motor, kurang. Sebab itu motor
dijual cepat harganya ga nyampe 13 juta. Tapi dia tambahin 12 juta dari
17jt uang cash yang dia punya. Sehingga ibunya punya 25 juta.
Tambahannya dari simpenan ibunya sendiri.
Si sekuriti masih
bercerita, bahwa dia merasa aman dengan uang 5 juta lebihan transaksi.
Dan dia merasa ga perlu lagi motor. Dengan uang ini, ia aman. Ga perlu
kasbon.
Mendadak si bos itu yang kagum. Dia lalu kumpulin semua
karyawannya, dan menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan
yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini.
Apakah cukup sampe di situ perubahan yang trjadi pada diri si sekuriti?
Engga.
Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut
sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner
yang lain, dan dijadikan staff keuangan di sana. Masya Allah, masya
Allah, masya Allah. Berubah, berubah, berubah.
Saudara-saudaraku sekalian.. ................
Cerita
ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja.
Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah,
Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia
hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang menggerakkan! Begitu saya
mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia baru sedikit
mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini dipake sama dia,
dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat
perubahan hidupnya..............................Subhaanallaah, masya
Allah.
Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini
berhasil keluar sebagai pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita
ini? Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang
mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan
lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali
lagi pada rutinitas dunia. Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan
menjadi manusia-manusia pembelajar.
Pertanyaan ini juga layak
juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang saat ini mengikuti esai
ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa sajakah? Atau mau bertanya,
siapa sekuriti ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya? Bisa kah kita
bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja. Sebab kenyataannya juga buat
saya tidak gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang punya
prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua peserta KuliahOnline saja
ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam
hidup ini. Sebagiannya memilih diam saja, dan sebagiannya lagi memilih
menceritakan ini kepada satu dua orang saja, dan hanya orang-orang
tertentu saja yang memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh. Dan
memang bukan apa-apa, ketika sudah dipublish, memang tidak gampang buat
seseorang menempatkan dirinya untuk menjadi contoh.
Yang
lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini
mengisnpirasikan kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja
kisah ini. Kita ngebut sengebut2nya menuju Allah. Yang merasa dosanya
banyak, sudah, jangan. "Dan pada sebagian malam bertahajjudlah dengannya
sebagai tambahan bagimu.Mudah- mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat
yang terpuji". (Al Isra': 79)
Senin, 08 Oktober 2012
mengenai keajaiban sedekah
artikel ini mengisahkan tentang keutamaan sedekah agar menjadi kaya dan bahagia. Aku peroleh dari sebuah milis sebagai berikut:
Meraih Kesejahteraan Finansial dengan Pendekatan Spiritual
Kekayaan masih menjadi pesona bagi sebagian besar manusia. Sebab kekayaan membawa kepada pintu segala kesenangan dan kebahagiaan. Kekayaan juga berarti kesempatan untuk menjadikan standar hidup menjadi lebih baik. Belum lagi kenyataan yang ''dikondisikan'' oleh manusia itu sendiri, bahwa kekayaan terkait dengan masalah posisi, status sosial dan kehormatan.
Wajar kemudian bila kekayaan begitu banyak menggoda manusia. Dan ditemukan kemudian, tidak sedikit manusia yang mengorbankan sisi kemanusiaannya dan mengabaikan keberadaan Tuhannya dalam kerangka pencarian dunia. Itu sebabnya, kekayaan juga bisa dalam sekejap berubah menjadi neraka dunia!
Bagaimana cara menghindari hal tersebut? Menurut Pimpinan Wisata Hati, Yusuf Mansur, menjadi kaya adalah sebuah keinginan yang wajar-wajar saja, sebagaimana keinginan untuk menjadi orang yang sukses baik secara pendidikan, jabatan dan lain sebagainya. ''Toh biar bagaimanapun, tidak ada larangan menjadi kaya -- harus malah -- asal bisa tetap bersyukur lagi saleh,'' tegas Yusuf Mansur saat memberikan ceramah tentang Financial Healing: Jawaban Bagi 1001 Masalah dan Keinginan yang diadakan oleh PT Telkom Bandung, di Bandung, Selasa (31/5).
Acara yang dihadiri oleh ratusan Pegawai Telkom Bandung itu merupakan kerja bareng Telkom Bandung, DAR! Mizan, dan Wisata Hati. ''Dan untuk mengiringi langkah pencarian kekayaan itulah manusia perlu diingatkan, dan diberikan pengarahan yang jelas. Tujuannya, bagaimana bisa menjadi kaya tanpa harus memiskinkan hati. Apalagi bila memiskinkan orang lain,'' tegas Yusuf Mansur.
Sebelumnya, saat berceramah di Masjid Raya Batam Centre, Batam, Senin (30/5), Yusuf Mansur mengupas tema ''Fenomena Keajaiban Sedekah (Membangun Usaha dengan Spiritual). Acara tersebut diadakan oleh Majelis Taklim Humairah Kota Batam, yang dipimpi oleh Ny Rekaveny Soerya, dan dihadiri oleh ribuan jamaah yang datang dari Batam dan sekitarnya.
Penulis seri buku Wisata Hati itu mengaku yakin benar bahwa bersedekah adalah kunci utama untuk menjadi kaya dan sukses. ''Banyak kejadian yang membuktikan itu. Dengan sedekah utang menjadi lunas, miskin menjadi kaya, susah menjadi senang, masalah mendapat solusi,'' ujarnya penuh semangat.
Dari perjalanannya ke berbagai daerah, ustad muda kelahiran Jakarta tahun 1976 itu banyak menemukan fenomena keajaiban sedekah. Karena itu, kata dia, setiap insan perlu mempelajari ilmu sedekah. ''Meskipun terdengar sederhana, sedekah mampu membangun usaha dengan jiwa spiritual. Walaupun terdengar tak lazim tapi sedekah mampu membersihkan harta yang kita miliki dan mampu menggolkan proyek yang kita incar, Insya Allah,'' tuturnya.
Dia lalu mencontohkan tentang seorang pengusaha sedang mengincar sebuah proyek. Biasanya dalam dunia bisnis, orang suka main sikut sana-sikut sini, menyogok, atau memakai uang pelicin. ''Sekarang gantilah sogokan Anda dengan membiayai seribu anak yatim piatu dan anak jalanan. Kalau kita boleh bergurau sama Allah, istilahnya kita menyogok-Nya. Insya Allah proyek itu gol. Karena Allah yang memiliki dunia dan seisinya, maka berharaplah dari-Nya, jangan dari manusia,'' ujarnya.
Sekarang, kata dia, bayangkanlah keuntungan yang akan Anda dapatkan jika berhasil dalam suatu hal, maka langsung saja 2,5 persen disedekahkan di muka. ''Misalnya anda akan memperoleh seratus juta, maka sebelum memperoleh keuntungan itu, gelontorkanlah uang dari kocek anda sejumlah dua setengah juta rupiah untuk sedekah. Tidak besar, kan? Inilah contoh implementasi membangun usaha dengan spiritual,'' paparnya.
Saat berceramah di rumah Soerya Respationo, salah satu calon wakil gubernur Batam (mendampingi calon gubernur H. Nyat Kadir), Senin (30/5) malam, Yusuf Mansur menuturkan beberapa kisah ajaib bersedekah. Misalnya, kisah seorang lelaki bernama Mubalighun yang ditimpa masalah berat. Karena selalu berutang dan dikejar debt collector, istrinya tidak tahan dan minta cerai. Pada suatu malam, dia merasa dunia akan kiamat baginya, karena pada keesokan harinya rumahnya akan disita, istrinya menunggu di Pengadilan Agama, dan anak sulungnya akan dikeluarkan dari sekolah akibat terlalu lama menunggak bayaran. Pokoknya Mubalighun depresi berat dan bahkan berniat bunuh diri malam itu juga. ''Syukurlah dia sadar, dan teringat uang simpanannya sebesar Rp 300 ribu. Malam itu juga ia sedekahkan uang tersebut kepada fakir miskin. Keesokan harinya dia mendapatkan rezeki besar yang tak disangka-sangka, sehingga rumah tetap dimiliki, istri tak jadi menuntut cerai, dan anak sulungnya bisa tetap bersekolah,'' tuturnya.
Ada juga kisah seorang tukang bubur yang mengorbankan uangnya untuk biaya pengobatan orang tuanya. Apa yang terjadi? ''Begitu angka tabungannya di sebuah bank mencapai lima juta rupiah, ia mendapat hadiah sebuah mobil Mercy,'' kata Yusuf Mansur.
Ny. Hasyimah, istri H. Nyat Kadir, membenarkan fenomena keajaiban sedekah. Suatu hari dalam sebuah acara ia ingin menyumbang sejuta rupiah. Entah kenapa rasanya berat sekali mengeluarkan uang itu. Akhirnya ia hanya menyumbang 500 ribu, namun apa yang didapatnya? Sejak itu ada saja uangnya keluar untuk berbagai keperluan. Jumlahnya sampai berlipat. ''Andai saja saya jadi menyumbang sejuta, saya yakin keadaannya tak akan seburuk itu,'' tandas Ny Hasyimah.
Ny Rekavenny Soerya juga berceritabanyak mengenai keajaiban-keajaiban sedekah, terlebih setelah mendengarkan berbagai ceramah. ''Pengalaman hidup kami membuktikan bahwa pendekatan spiritual, khususnya sedekah, merupakan kunci untuk meraih kesejahteraan finansial,'' papar Ny Rekavenny.
Meraih Kesejahteraan Finansial dengan Pendekatan Spiritual
Kekayaan masih menjadi pesona bagi sebagian besar manusia. Sebab kekayaan membawa kepada pintu segala kesenangan dan kebahagiaan. Kekayaan juga berarti kesempatan untuk menjadikan standar hidup menjadi lebih baik. Belum lagi kenyataan yang ''dikondisikan'' oleh manusia itu sendiri, bahwa kekayaan terkait dengan masalah posisi, status sosial dan kehormatan.
Wajar kemudian bila kekayaan begitu banyak menggoda manusia. Dan ditemukan kemudian, tidak sedikit manusia yang mengorbankan sisi kemanusiaannya dan mengabaikan keberadaan Tuhannya dalam kerangka pencarian dunia. Itu sebabnya, kekayaan juga bisa dalam sekejap berubah menjadi neraka dunia!
Bagaimana cara menghindari hal tersebut? Menurut Pimpinan Wisata Hati, Yusuf Mansur, menjadi kaya adalah sebuah keinginan yang wajar-wajar saja, sebagaimana keinginan untuk menjadi orang yang sukses baik secara pendidikan, jabatan dan lain sebagainya. ''Toh biar bagaimanapun, tidak ada larangan menjadi kaya -- harus malah -- asal bisa tetap bersyukur lagi saleh,'' tegas Yusuf Mansur saat memberikan ceramah tentang Financial Healing: Jawaban Bagi 1001 Masalah dan Keinginan yang diadakan oleh PT Telkom Bandung, di Bandung, Selasa (31/5).
Acara yang dihadiri oleh ratusan Pegawai Telkom Bandung itu merupakan kerja bareng Telkom Bandung, DAR! Mizan, dan Wisata Hati. ''Dan untuk mengiringi langkah pencarian kekayaan itulah manusia perlu diingatkan, dan diberikan pengarahan yang jelas. Tujuannya, bagaimana bisa menjadi kaya tanpa harus memiskinkan hati. Apalagi bila memiskinkan orang lain,'' tegas Yusuf Mansur.
Sebelumnya, saat berceramah di Masjid Raya Batam Centre, Batam, Senin (30/5), Yusuf Mansur mengupas tema ''Fenomena Keajaiban Sedekah (Membangun Usaha dengan Spiritual). Acara tersebut diadakan oleh Majelis Taklim Humairah Kota Batam, yang dipimpi oleh Ny Rekaveny Soerya, dan dihadiri oleh ribuan jamaah yang datang dari Batam dan sekitarnya.
Penulis seri buku Wisata Hati itu mengaku yakin benar bahwa bersedekah adalah kunci utama untuk menjadi kaya dan sukses. ''Banyak kejadian yang membuktikan itu. Dengan sedekah utang menjadi lunas, miskin menjadi kaya, susah menjadi senang, masalah mendapat solusi,'' ujarnya penuh semangat.
Dari perjalanannya ke berbagai daerah, ustad muda kelahiran Jakarta tahun 1976 itu banyak menemukan fenomena keajaiban sedekah. Karena itu, kata dia, setiap insan perlu mempelajari ilmu sedekah. ''Meskipun terdengar sederhana, sedekah mampu membangun usaha dengan jiwa spiritual. Walaupun terdengar tak lazim tapi sedekah mampu membersihkan harta yang kita miliki dan mampu menggolkan proyek yang kita incar, Insya Allah,'' tuturnya.
Dia lalu mencontohkan tentang seorang pengusaha sedang mengincar sebuah proyek. Biasanya dalam dunia bisnis, orang suka main sikut sana-sikut sini, menyogok, atau memakai uang pelicin. ''Sekarang gantilah sogokan Anda dengan membiayai seribu anak yatim piatu dan anak jalanan. Kalau kita boleh bergurau sama Allah, istilahnya kita menyogok-Nya. Insya Allah proyek itu gol. Karena Allah yang memiliki dunia dan seisinya, maka berharaplah dari-Nya, jangan dari manusia,'' ujarnya.
Sekarang, kata dia, bayangkanlah keuntungan yang akan Anda dapatkan jika berhasil dalam suatu hal, maka langsung saja 2,5 persen disedekahkan di muka. ''Misalnya anda akan memperoleh seratus juta, maka sebelum memperoleh keuntungan itu, gelontorkanlah uang dari kocek anda sejumlah dua setengah juta rupiah untuk sedekah. Tidak besar, kan? Inilah contoh implementasi membangun usaha dengan spiritual,'' paparnya.
Saat berceramah di rumah Soerya Respationo, salah satu calon wakil gubernur Batam (mendampingi calon gubernur H. Nyat Kadir), Senin (30/5) malam, Yusuf Mansur menuturkan beberapa kisah ajaib bersedekah. Misalnya, kisah seorang lelaki bernama Mubalighun yang ditimpa masalah berat. Karena selalu berutang dan dikejar debt collector, istrinya tidak tahan dan minta cerai. Pada suatu malam, dia merasa dunia akan kiamat baginya, karena pada keesokan harinya rumahnya akan disita, istrinya menunggu di Pengadilan Agama, dan anak sulungnya akan dikeluarkan dari sekolah akibat terlalu lama menunggak bayaran. Pokoknya Mubalighun depresi berat dan bahkan berniat bunuh diri malam itu juga. ''Syukurlah dia sadar, dan teringat uang simpanannya sebesar Rp 300 ribu. Malam itu juga ia sedekahkan uang tersebut kepada fakir miskin. Keesokan harinya dia mendapatkan rezeki besar yang tak disangka-sangka, sehingga rumah tetap dimiliki, istri tak jadi menuntut cerai, dan anak sulungnya bisa tetap bersekolah,'' tuturnya.
Ada juga kisah seorang tukang bubur yang mengorbankan uangnya untuk biaya pengobatan orang tuanya. Apa yang terjadi? ''Begitu angka tabungannya di sebuah bank mencapai lima juta rupiah, ia mendapat hadiah sebuah mobil Mercy,'' kata Yusuf Mansur.
Ny. Hasyimah, istri H. Nyat Kadir, membenarkan fenomena keajaiban sedekah. Suatu hari dalam sebuah acara ia ingin menyumbang sejuta rupiah. Entah kenapa rasanya berat sekali mengeluarkan uang itu. Akhirnya ia hanya menyumbang 500 ribu, namun apa yang didapatnya? Sejak itu ada saja uangnya keluar untuk berbagai keperluan. Jumlahnya sampai berlipat. ''Andai saja saya jadi menyumbang sejuta, saya yakin keadaannya tak akan seburuk itu,'' tandas Ny Hasyimah.
Ny Rekavenny Soerya juga berceritabanyak mengenai keajaiban-keajaiban sedekah, terlebih setelah mendengarkan berbagai ceramah. ''Pengalaman hidup kami membuktikan bahwa pendekatan spiritual, khususnya sedekah, merupakan kunci untuk meraih kesejahteraan finansial,'' papar Ny Rekavenny.
Langganan:
Postingan (Atom)